powered by ★bintangkwecil

Selasa, 19 April 2011

FIRST STEP

Saya mempunyai banyak cita – cita. Yup, saya mungkin bisa disebut manusia yang penuh dengan planning. Untuk beberapa orang, mungkin saya ribet dengan pemikiran – pemikiran yang tidak terlalu penting (I’m so sorry about that, I just a human :p). Salah satu cita –cita saya waktu kecil adalah menjadi seorang pemusik. Be a great pianis.

Sedikit cerita, sewaktu kecil ayah sering membelikan saya piano mainan. Satu yang saya ingat berbentuk kue tart berwarna pink. Entah momen ultah saya atau bukan. He was a great dad. He always knows what I want. Ayah sering menunjukkan kepada saya, pianis – pianis di Gereja yang dengan lincahnya mengiringi koor. Rumah saya juga sering dipakai tempat untuk latihan koor. Pada saat moment istirahat, beliau akan menyuruh saya bermain dengan keyboard yang ada. Tanpa nada. Ayah berjanji, suatu saat nanti akan memberikan saya piano, bukan mainan. Walaupun kenyataannya beliau tidak pernah sempat mewujudkan itu.

Saya benar – benar ingin menjadi pemusik. Saya sadar darah seni memang tidak mengalir di tubuh saya. Sebodo teing alias Emang Gue Pikirin. Saya hanya punya keinginan dan niat untuk mewujudkan. Entah jadi gitaris, pianis, pemain biola, atau harpa.

Hari ini adalah awal saya berkenalan dengan tuts hitam putih dan not balok yang bentuknya mengingatkan saya pada lebah. Sekaligus mewujudkan cita – cita saya untuk memasuki vihara. Saya menyingkirkan lagu – lagu rock, saat ini saya hanya butuh kedamaian untuk meredam gemuruh yang ada. Melalui lagu – lagu yang mungkin orang bilang lagu cengeng. Ah mereka itu buta musik, tidak bisa membedakan lagu cengeng dan lagu syahdu, tenang, dan lembut.

Inilah awal perjuangan saya menaklukkan tuts hitam putih. Sekaligus tantangan saya untuk mewujudkan kedamaian di hati dan ketenangan berpikir. Doakan saya.

~`aR~

Senin, 18 April 2011

FAILED


What’s up???

Here I am now. As the real upik abu.

How came?

I’m failed.

Image baru yang saya bangun selama 3 tahun lebih hancur sudah. Sekarang ini saya mungkin berperan sebagai nenek sihir (cara baca menurut saya : ‘nenekcihil’). Saya ditolak. Apa yang saya lakukan even itu perbuatan baik, terlihat begitu hina di mata mereka. Sakit hati? Tentu saja. Akan tetapi perasaan kecewa dan sedih itu lebih besar. Sama sekali saya tidak terbersit niatan untuk membalas walaupun saya bisa.
Ini menjadi permenungan saya. 

Saat ini, saya tidak tahu bagaimana cara untuk bangkit atau menghadapi ini semua. Seperti mimpi buruk yang sering saya dapatkan setiap malam. Rasanya benar – benar menyiksa. Setiap saya hendak berbicara, suara saya seperti tercekik. Sepanjang hari saya bertahan untuk mengeluarkan suara seminimal mungkin. Sedih sekali. Cepat atau lambat mereka pasti akan merasakan keanehan dalam diri saya. 

Rasa ingin tidur semakin kuat setiap harinya. Ya, inilah saya setiap kali ada masalah. Hanya ingin tidur. Memang bukan solusi yang baik. Terkesan saya menghindari masalah. Saya hanya tidak tahu harus bagaimana. 

Saya melarutkan diri dalam pekerjaan. Dan saya merasa ngeri dengan diri saya sendiri. Tidak ada yang tahu jika alergi yang saya miliki, juga akan kambuh ketika saya stres. Saya selalu memejamkan mata dan menelan tangis saya ketika rasa sakit di tangan dan kaki melebar. Ah, saya menyebut perubahan itu sebagai perwujudan dari monster. 

Cuaca akhir – akhir ini pun tidak mendukung. Hujan dan petir, hal yang dulu saya takutkan. Saya sering meringkuk di sudut kamar sendirian. Sekali waktu saya pernah meloncat ke tempat tidur dan menangis sambil menyambar HP, hanya karena suara petir yang begitu kencang. Ah, saya kembali ke bad habit yang dulu. Phobia hujan dan petir.

Ini membuat saya teringat kejadian yang lalu. Bagaimana ada satu orang yang mengetahui kejadian memalukan ini. Ah, sudahlah...It’s over....(ahhh mewek lagi).

Fine.
Saya tidak bisa menulis lagi. It’s time to sleep. Aaaaah, don’t wanna see tomorrow. Hmmm...God, stay with me please.


~`aR~

Rabu, 06 April 2011

SADARI DAN RENUNGI



Sudah lama saya tidak menulis di sini. Saya? Hahaha...tidak perlu mengernyitkan dahi,  hanya ingin sedikit formal dalam berbahasa. Tidak hanya seniman yang boleh berimprovisasi,  sebagai blogger amatiran juga boleh dong. Untuk tulisan kali ini saya ingin bernostalgia sedikit dan mungkin ini bisa menjadi bahan perenungan. Jadi saran saya, bagi Anda yang membaca tulisan ini, menyendirilah dan resapilah. Hahahaha...
Dulu kala, saya sering bermimpi menjadi seorang putri di sebuah kerajaan. Mengenakan gaun – gaun yang indah, selalu dapat makan buah - buah (khususnya apel, love it) ditemani dayang – dayang, berkuda dengan kuda jantan putih (mungkin namanya pegasus, biar bisa terbang ) sesekali saya duduk di ayunan di sebuah taman yang dipenuhi dengan bunga – bunga (Lily, Eudelweis, Rose). Tidur dengan kamar yang nyaman dengan dekorasi yang anggun dan megah, dominasi warna putih dan emas. Hanya ada kebahagiaan di sana. Dan seperti dongeng – dongeng yang kita kenal, pada akhirnya bertemu dengan seorang pangeran yang luhur budinya, cerdas,  tampan dan dermawan. Selanjutnya? Hidup bahagia selama-lamanya. Begitu sempurna. Ya, begitu sempurna mimpi saya.
Entah karena pengaruh buku – buku dongeng yang saya baca, atau imaginasi yang terlalu berlebihan, mimpi itu sangat saya harapkan untuk menjadi kenyataan. Sekarang ini saya merasakan, dulu saya adalah benar – benar seorang putri. Putri di kerajaan keluarga saya. Begitu menyenangkan hidup saya. Sayangnya, tidak dapat menikmati itu semua dalam waktu yang lama. Hanya 9 tahun dan sesudahnya  menjadi sosok upik abu yang tidak pernah bisa menjadi cinderella. Begitu keras, liar dan tidak mau mengalah. Saat ini pun lebih mengerikan lagi, saya ini monster yang bersemayam dalam tubuh yang begitu mungil dengan 34,5 kilonya.
Komentar orang – orang yang mengatakan bahwa saya ini : mandiri, tegar, pintar, manis, kalem, tangguh, disiplin, ramah, apalagi? Sudah tidak bisa mengingat apa yang mereka katakan dulu karena sekarang saya sudah berbeda. Hanya ada keburukan yang ada di dalam diri. Ketika berkaca, jarang sekali memperhatikan mata. Saya takut. Hahahaha... takut dengan tatapan saya sendiri. Takut karena tahu di sana, di dalam tubuh itu, bukan lagi saya sebagai gadis kecil yang polos dan menggemaskan bagi orang – orang di sekeliling saya. Semengerikan apa ? Hahaha...I’ll keep my mouth. Ini bukan blog untuk pengakuan dosa. 
Perjalanan hidup yang berliku, keras, dipenuhi dengan masalah (mungkin masalah – masalah yang ada di film, novel, cerpen itu bermunculan dan menjadi nyata) menempa  untuk selalu waspada. Begitu kuatnya menjaga hati dan hidup, tentu saja dengan mendekat kepada-NYA. Anda tahu rasanya ketika saya luwes melantunkan kalimat – kalimat cinta untukNYA? Hidup  begitu damai. DIA selalu memberikan apa yang saya butuhkan, tepat waktu. Jika sekarang ini  flashback saat – saat tersulit itu, saya merinding dan terharu dengan pertolonganNYA. Betapa besar dan banyak mukjizat, berkat dan rahmatNYA yang saya dapat. Puncaknya, ketika bisa memasuki universitas yang dulu saya benci, tapi ternyata setelah hampir lulus, baru tahu dari kakek kalau itu adalah universitas yang ayah harapkan bisa saya masuki. Semua terjadi begitu saja, lulus tepat waktu dengan predikat cummlaude dan menjadi wisudawan termuda di fakultas. Maju ke depan podium dan tersenyum di sana, tanpa satu pun orang tua saya melihat. Berlanjut lagi kehidupan, DIA mengarahkan saya untuk bekerja di sebuah travel. Travel ziarah nasrani. Kehidupan rohani saya memuncak kala itu. Begitu rindunya saya dengan Gereja.Yah, karena di kota ini hanya di sanalah rasanya seperti di rumah sendiri. Wait, saya harus mengusap genangan di mata ini dulu agar bisa melanjutkan menulis. 

Saya masih ingat bagaimana mengisi hari selama 5 hari tanpa TV dan menggantikan waktu itu untuk menulis dan berdoa. Great !!! Jadi, merasa angkuh dengan iman saya. Saya ragu jika ditantang untuk melakukan hal itu lagi. Hahaha...TV rusak seminggu saya malah mengisi waktu dengan membaca majalah, memperhatikan fashion, tidur, atau bengong.  

Saya pernah hampir menjadi seorang putri. Nyaris saja. Saat itu  bertemu dengan orang yang begitu baik dan kepercayaan penuh saya berikan padanya. Dia memperlakukan saya nyaris seperti tuan puteri. Saya merasa satu-satunya. Dan saya angkuh dengan kondisi ini. Hahaha. Saya pun pernah merasakan, hmmm ‘neraka’? Buruk sekali. Life is like a rollercoaster. Yah, saya merasakannya saat itu. 
Sekarang ini, setelah semuanya, saya menyadari, apa yang terjadi saat ini adalah benih yang saya tanam dulu. Ini waktunya menuai. Saya pernah jatuh dan terpuruk sangat dalam. Jauh dari keluarga dan teman – teman. Saya marah, kecewa dan putus asa. Saya pun menjauh dari DIA (don’t try this at home :p). Ketidakberuntungan adalah imbas dari kesalahan dan keteledoran sebagai manusia. Saya kalah dalam pencobaan. Saya harus merasakan sedih, menangis, kecewa, dikhianati, dibohongi, ditinggalkan, diduakan, dicemooh, tidak dianggap, diacuhkan, dibenci, dikucilkan, dibodohi dan....tidak sanggup menyebutkan. Saya harus menerima jika berat badan menyusut kilo per kilo, bulan demi bulan. 34,5 kg saat ini. Ukh, saya muak dengan ocehan orang – orang yang terdengar menyudutkan dengan berat badan ini. Rasanya ingin teriak : SAYA BUTUH SUPPPORRRRTTT BUKAN DAKWAAAAANNNN !!!!
Begitu mengejutkan persoalan – persoalan ini sampai saya pernah merasakan satu titik dimana menengadahkan muka saja tidak mampu. Mata selalu tergenang. Ketika berjalan menuju/pulang kantor, saya ditantang untuk mencegah genangan itu mengalir. Tidak tahu bagaimana cara tersenyum. Tidak ada seorang pun yang tahu jika saya melakukan terapi senyum setiap hari. Rasanya sakit sekali. Bayangkan, untuk tersenyum saja rasanya sakit. 
Tujuan menulis ini semua bukan untuk mengeluarkan uneg – uneg atau memohon simpati. Saya hanya ingin sharing dan semoga bisa dijadikan bahan perenungan. 

Berhati-hatilah dengan apa yang kita punya sekarang ini. 

Jika saat ini kita berada di atas, jangan lupa mengulurkan tangan bagi yang di bawah. 

Selalu, ingat cara menangis jika kita tertawa, ingat tertawa jika kita menangis. 

Syukuri apa yang kita punya sekarang karena jika kita tidak memperlakukan dengan baik, semua itu akan hilang. Kehilangan selalu menjadi bagian yang tidak mengenakan. 

Berhati – hati dalam bertindak apalagi itu menyangkut orang lain, karena penyesalan tidak bisa mengubah keadaan. 

Satu hal lagi, jangan bermain – main dengan cinta, khususnya cinta kepadaNYA. Kita tidak pernah tahu kekuatan hati kita. 
Keep pray and spread our Love. Love for other, Big Love for our family, Bigger Love for our soulmate a.k.a tulang rusuk :p, The Biggest Love just for GOD.
May GOD bless us...Mari kita saling mendoakan dan hidup dalam damai.
~`aR~