Ibu,
Ombakkah yang menelan bapak?
Sebab di sekujur jasadnya tak ku temukan bekas kapak
Ah, aku jadi gagu melihatnya tergeletak
Ibu,
Sakitkah kematiannya kala itu?
Sebab dalam ingatanku telinganya luka berdarah
dan di luar sana diberitakan beberapa tulangnya patah
Lidahku kelu untuk membantah
Ibu,
Masihkah dia mendengarku
Meski terbujur kaku dan membisu
Ibu,
Atau jangan – jangan karena kenakalanku
Bapak akhirnya pergi berlalu
Di usianya yang ketigapuluh tujuh
Ibu,
Bagaimana hidup kita setelah ini
Bapak benar – benar sudah mati
Lihatlah adik, menjadi yatim di usia dini
Dan masihkah kau menjadi seorang istri?
Ibu,
Di pangkuanmu aku mengadu
Besok hari terakhir aku harus membayar buku
Dan adik merengek meminta susu
Sampai kapan aku harus menunggu
Kau pun tahu warisan ayah hanya paku dan kayu
Ibu,
Jangan terus menangis
Aku pun luka teriris – iris
Tak menyangka ini menjadi kado ultahmu paling tragis
Tuhan,
Di depan altarmu aku bersujud
Namun menyakiti hati ibu bukan maksud
~`aR~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar